Thursday, May 9, 2013

It's a test




Ibarat rumah, yang satu didirikan diatas batu-batu dan pondasi yang kokoh versus  rumah kedua, yaitu rumah yang didirikan di atas pasir dan pondasi yang lemah. Dua-duanya dibangun dan di desain begitu indah dan menawan. Tapi hujan badai yang akan membedakan kekuatan kedua rumah tersebut. Tanpa badai, keduanya tampak seperti sama-sama kuat dan indah. Masa dilepas impian adalah masa tes, ujian hidup yang diberikan kepada kita, Permasalahan yang datang silih berganti menjadi ujian ketahanan kita. Apakah pondasi hidup kita cukup kuat? Apakah dengan mudah terjebak masuk dalam impian palsu? Tanpa badai hidup, kita tidak akan pernah tahu seberapa kuat kita membangun pondasi hidup. Sebenernya rumah yang didirikan dengan pondasi yang lemah sudah dapat diprediksi bahwa dialah yang akan hancur duluan.

Salah satu temanku meminta papa angkatku yang adalah seorang kontraktor untuk memperbaiki gedung pabriknya. Dia ingin memperlebar pabriknya. Membangun lab yang baru dan sebagainya. Ketika papaku datang meninjau ke pabriknya, dia cukup kaget karena ternyata pondasi dan tembok pabrik tersebut sangat tidak aman. Bisa rubuh sewaktu-waktu. Podasinya begitu lemah, walaupun pabrik tersebut sudah berdiri untuk waktu yang cukup lama.



Gedung pabrik tersebut tidak akan bisa dimaksimalkan jika pondasinya tidak dibuat kokoh terlebih dahulu. Akan sangat berbahaya jika mau membuat ruangan dalam gedung yang tidak kokoh. Bagaimana jika tiba-tiba terjadi kerobohan? Bagaimana keselamatan para pekerjanya? Dan memang ternyata setelah diusut, gedung tersebut memang dibangun oleh orang yang bukan ahli bangunan / kontraktor. Hanya memanfaatkan sumber yang ada pada saat itu.

Pertanyaannya, kenapa masih banyak orang yang mendirikan hidupnya dengan sesuatu yang tidak kokoh? Beberapa karena ketidak tahuannya, kurangnya pengetahuan. Beberapa juga ada yang keras kepala. Sudah dikasih tahu berulang kali tapi tetap gak nurut. Apapun boleh jadi alasan, selama kita tidak mengakhiri hidup kita sendiri, kita masih diberikan kesempatan untuk membangun rumah atau kehidupan lagi. Meskipun itu berarti harus membangun dari awal. Membangun dari puing-puing reruntuhan hidup. Belajar dari kesalahan dan bangunlah hidup dengan pondasi yang lebih kokoh.

No comments:

Post a Comment